dunia

Mewujudkan Kesetaraan Gender dalam Pendidikan

Mewujudkan Kesetaraan Gender dalam Pendidikan – Kesetaraan gender menjadi salah satu hak asasi manusia. Berawal dari bidang pendidikan, hingga akhirnya saat ini berkembang ke segala bidang kehidupan. Kesetaraan menurut KBBI berarti sama, sejajar, sebanding, sepadan, dan seimbang. Sedangkan  urangkampoeng.com, gender menurut KBBI berarti jenis kelamin.

Secara sederhana, kesetaraan gender memiliki arti adanya posisi atau kesempatan yang sama ataupun sejajar antara laki-laki dengan perempuan.

Manusia merupakan makhluk sosial yang terbagi menjadi laki-laki dan perempuan. Namun, perbedaan gender ini bukanlah menjadi alasan untuk terjadinya diskriminasi. Maka dari itu muncullah adanya kesetaraan gender. Pemerintah pun turun tangan dengan membuat Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 13 Tahun 2021 untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.

Pemberdayaan Perempuan Melalui Pendidikan

Pemberdayaan perempuan dilakukan untuk mengangkat kembali derajat perempuan agar terciptanya kesetaraan. Karena pada masa dulu, perempuan dianggap lebih lemah bahkan tidak diberi kesempatan untuk menempuh pendidikan.

Hingga saat ini masih banyak terjadi kesalahpahaman tentang kesetaraan gender karena kurangnya pengetahuan. Banyak yang mengira kesetaraan gender menjadi hal untuk mengutamakan perempuan.

Pada nyatanya, kesetaraan gender dilakukan agar adanya keadilan untuk laki-laki dan perempuan. Tidak mengutamakan salah satunya saja.

Perempuan dan laki-laki sudah seharusnya mendapatkan kehidupan yang layak dan setara, salah satunya dalam pendidikan. Pendidikan yang baik sudah seharusnya mengajarkan akademik, non-akademik, serta kehidupan sosial. Pendidikan memiliki peran penting dalam penanaman nilai dan moral serta pembentukan karakter. Peran guru akan sangat dibutuhkan untuk pembentukan karakter siswa dan siswi.

Mungkin saat ini semua gender sudah mendapatkan akses untuk pendidikan. Namun, terkadang masih kurangnya penanaman pengetahuan tentang kesetaraan gender. Pengetahuan serta pembentukan karakter tentang kesetaraan gender kepada generasi penerus bangsa, dapat mewujudkan kesetaraan gender yang baik bahkan lebih baik di masa yang akan datang. Partisipasi siswa siswi maupun orang tua juga dibutuhkan untuk pembiasaan karakter tersebut.

Pembiasaan karakter tentang kesetaraan gender dapat dilakukan dengan hal-hal sederhana. Misalnya, dalam jadwal piket, tidak membedakan tugas antara laki-laki dengan perempuan. Kelas yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Kegiatan tanpa membedakan gender. Memberi kesempatan yang sama tanpa memandang gender untuk menjadi pemimpin, misalnya menjadi ketua kelas atau bahkan ketua OSIS.

Memberikan materi pembelajaran yang bisa mendorong untuk terciptanya kesetaraan gender, misalnya melalui pembelajaran sejarah, sosiologi, PPKn, dan lainnya.

Untuk tingkat pendidikan yang lebih tinggi, dapat dilakukan sosialisasi tentang pentingnya kesetaraan gender. Serta diberikan pengetahuan dengan contoh nyata yang lebih kompleks salah satunya pemberian contoh nyata oleh guru tentang kesetaraan dalam berprofesi. Karena stereotipe gender terkait profesi juga harus dihilangkan. Semua gender dapat memiliki hak yang sama dalam menentukan cita-cita, tidak ada batasan ataupun diskriminasi tertentu.

Baca juga: Pengaruh Pendidikan dalam Dunia Industri

Semua tujuan dalam mewujudkan kesetaraan gender ini diperlukan adanya partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat. Pendidikan bisa didapatkan di mana pun. Salah satunya dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan berbagai kegiatan bermasyarakat yang melibatkan serta memberikan hak yang sama kepada laki-laki dan perempuan, bisa menjadi salah satu bentuk contoh perwujudan kesetaraan gender. Contoh perwujudan tersebutlah yang dapat dijadikan pembelajaran bagi generasi penerus.

Dengan adanya pengetahuan yang cukup luas tentang kesetaraan gender pastinya akan menumbuhkan generasi yang memiliki kemauan serta kemampuan untuk bersaing tanpa memandang gender. Membuka kesempatan selebar-lebarnya kepada setiap kaum perempuan dan laki-laki untuk mencapai cita-citanya dengan segala hak yang sama.

Penanaman pengetahuan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki derajat, hak, serta kesempatan yang sama dalam hal apa pun harus dimulai sejak dini melalui pendidikan. Sehingga, terciptanya karakter yang kuat dalam menjunjung tinggi kesetaraan serta keadilan.

Menghindari Plagiarisme dalam Dunia Pendidikan

Menghindari Plagiarisme dalam Dunia Pendidikan – Plagiarisme merupakan kegiatan penjiplakan, pencurian, dan pemalsuan karya pada suatu karya tanpa memberikan kredit terhadap pemilik karya yang sebenarnya.

Mengapa seseorang harus menghindari plagiarisme? Terdapat banyak hal yang menjadi tujuan plagiarisme. Biasanya hal tersebut menjadi standar seseorang apakah ia mengerti yang sedang ia bahas atau tidak.

Sebab, plagiarisme adalah suatu jalan pintas yang mudah untuk dilakukan namun mempunyai konsekuensi  urangkampoeng.com yang fatal untuk pelakunya.

Dalam dunia pendidikan, kasus plagiarisme kerap muncul dalam pembuatan artikel, jurnal, dan sebagainya. Pelakunya pun mempunyai latar belakang yang berbeda-beda, mulai dari mahasiswa hingga petinggi di sebuah institusi.

Kadang referensi kerap disalahartikan dan berujung kepada kasus plagiarisme. Seseorang yang melakukan plagiarisme, mempunyai beberapa alasan seperti keterbatasan waktu untuk membuat karyanya, kurang mencari referensi sebanyak banyaknya, ketidaktahuan akan halnya mengutip sesuatu ide atau kalimat.

Bukan hanya itu, para pelakunya kerap memiliki keinginan atau tujuan untuk menghasilkan karya yang bagus dengan menganggap tidak akan diketahui oleh orang-orang di sekitarnya.

Situasi yang berujung kepada plagiarisme sangat bisa untuk dihindari apabila kita memahami apa itu sebenarnya plagiarisme, maka dari itu kita tentu bisa lebih mudah untuk menghindari hal-hal yang menyusut ke kasus plagiarisme.

Hal apa saja yang bisa dilakukan untuk menghindari kasus plagiarisme? Terdapat 3 ide untuk menghindari plagiarisme yaitu:

1. Kutipan yang dipakai tidak berlebihan

Kutipan yang dipakai tidak berlebihan agar artikel atau karya yang dibuat bisa memperlihatkan bagaimana kemampuan dari penulisnya. Sehingga pembaca bisa tahu bagaimana wawasan dari penulis tersebut.

2. Parafrase

Parafrase juga hal yang penting untuk digunakan dalam menulis sebuah karya atau jurnal. Agar kata-kata yang ditulis dalam artikel atau jurnal tersebut tidak menghasilkan kata atau kalimat yang sama persis dari referensi yang didapat dan digunakan.

Baca juga: Pendidikan untuk Suporter, Mustahil?

3. Merangkum hasil bacaan yang telah diteliti

Dengan merangkum itu dapat menunjukkan bahwa sang penulis mengerti apa yang ia buat. Bukan hanya itu, hasil referensi tersebut akan dijadikan rangkuman hingga menuju parafrase untuk menghasilkan karya tulisan yang baru.